Tuesday, August 28, 2012

Mudik lebaran 1433 H demi tanah kelahiran Bagian 1

Seperti kebanyakan orang Indonesia yang bekerja diperantauan, tradisi mudik atau pulang kampung pada saat hari-hari besar tertentu/keagamaan merupakan sebuah momen penting dan sangat berharga terutama harapan dan keingin untuk berkumpul bersama keluarga yang dicintai.
Sebagian dari mereka bahkan mengabaikan berbagai aspek keselamatan maupun peraturan guna memenuhi hasrat untuk dapat bertemu dengan sanak saudara dan handai taulan dikampungnya, berbagai moda transportasipun digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut, dari mulai menggunkan sepeda motor, bajaj, mobil pribadi, kendaraan bak terbuka yang dimodifikasi, Bus, kereta Api, kapal laut hingga pesawat udara dan yang lebih mengharukan ada yang naik kendaraan bermotor lebih dari 15 jam untuk perjalanan mudiknya.


Itu lah sedikit gambaran mengenai hiruk pikuk menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri 1433 H, sebagai seorang yang bekerja diperantau, saya sendiri merasakan kegaduhan dan keramaian suasana menjelang dan sesudah lebaran tersebut, kerinduan akan kampung halaman membuat saya tidak menghiraukan suasana tersebut.

Lihat Peta Lebih Besar

Berangkat dari kota pekempek (Palembang) ini dengan penerbangan pesawat pukul 6 pagi tanggal 17 Agustus 2012, saya membawa semangat di pagi hari dengan harapan dapat segera bertemu dengan keluaraga disana. Tiba diterminal bus Lebak Bulus Jakarta sekitar pukul 8.30 WIB, tanpa pikir panjang, saya langsung bergegas mencari angkutan bus dengan tujuan Sukabumi, disana sudah terlihat pemandangan yang sudah tidak seperti biasanya, sudut-sudut terminal sudah dipenuhi banyak orang yang menunggu serta sebagian orang hilir mudik mengamati setiap kendaraan yang masuk dan keluar, begitupun dengan saya sendiri mengamati setiap bus yang datang dengan tujuan Sukabumi, sekitar 30 menit menunggu, akhirnya bus yang saya nanti datang juga, saya langsung berlari menghampiri dissertai puluhan orang dibelakang saya, dan pintu masuk bus pun berjejal dipenuhi orang-orang yang hendak masuk ke bus tersebut dan alhamdulillah dengan perjuangan keras, saya dapat masuk ke dalam bus dan duduk dikursi paling belakang.

Sekitar 30 menit, 3/4 buas tersebut telah penuh dengan penumpang yang beberapa diantaranya memaksakan untuk tetap berdiri agar bisa ikut pulang ke kampunya masing-masing, tanpa menunggu lama bus pun berangkat dan saya berkenalan dengan bercakap dengan beberapa penumpang lainnya, penuturan dari seorang penumpang yang membawa 2 orang anak berserta istrinya, berkata bahwa mereka telah menanti kendaraan tersebut dari pukul 5 pagi, dan pukul 9 pagi baru bisa naik angkutan (wah cukup lama juga, saya sendiri hanya menanti kurang lebih 30 menit saja).

Awalnya saya berfikir perjalanan akan lancar-lancar saja, ternyata diluar dugaan, selama perjalanan yang melewati jalan tol jagorawi, ciawi, cicurug mengalami kemacetan terutama dipasar-pasar tumpah dimana terdapat lalu lalang para pedagang dan angkutan yang menaikan dan menurunkan penumpang, sembari menahan rasa panas udara dalam bus, rasa haus dana lapar (karna tetap berpuasa) benar-benar melatih kesabaran dan metal saya untuk tetap fokus menjalankan ibadah pada hari itu.


Bersambung...

No comments:

Post a Comment